Minggu, 16 November 2014

EKOTEOLOGI

EKOTEOLOGI : Menuju Pada Keharmonisan Dengan Alam

PENDAHULUAN 
Alam merupakan ciptaan Tuhan yang memiliki kesatuan dan kesaling bergantungan. Kesaling bergantungan yang menjadikannya satu, dan tidak saling terpisahkan. Perubahan radikal yang terjadi di alam, merupakan akibat dari ketidak seimbangan dalam kebergantungan antar makluk hidup. Adanya dominasi salah satu makluk hidup menyebabkan alam menjadi berubah wajahnya dan mengurangi populasi jenis makluk hidup lainnya, bahkan ada yang menuju pada kepunahan. 
     Kondisi ketidak seimbangan tersebut berdampak hingga saat ini, saat bumi mengalami perubahan wajahnya. Perubahan iklim yang tidak menentu dan menipisnya lapisan pelindung ozon bumi merupakan bentuk dari ketidak seimbangan alam. Dominasi manusia menyebabkan alam berubah. Pemenuhan kebutuhan yang tak penah selesai oleh manusia, menyebabkan manusia mendominasi alam, Ketidak seimbangan terjadi dan alam mulai goyah serta rapuh. Penebangan hutan secara liar dengan kapasitas yang sangat tidak terbatas, pengerukan sumber daya mineral yang merusak lingkungan sekitarnya dan pembangunan dengan mengorbankan keseimbangan alam merupakan bentuk dominasi manusia yang menyebabkan hubungan antar makluk hidup dialam semakin tidak bersahabat. 
     Lalu dimanakan peran teologi, saat terjadi dominasi tidak terbatas atas alam oleh manusia? Apakah teologi turut membiarkan alam rusak ataukah juga berperan didalamnya? Dalam makalah ini akan memuat peranan teologi dalam keterhubungannya dengan lingkungan alam. Teologi merupakan wujud penalaran akan nilai-nilai ilahi (yang transenden), juga mengambil perannya dalam ketidak seimbangan dan kemenyatuan alam. Dari antroposentrisme menuju ekoteologi, teologi berupaya untuk membangun kembali keseimbangan manusia dengan alam. Sehingga tidak ada lagi dominasi, namun kesaling bergantungan dalam keharmonisan.

PANDANGAN ANTROPOSENTRISME TENTANG LINGKUNGAN 
Pandangan mengenai manusia sebagai pusat edar dari makluk hidup ciptaan tuhan lainnya disebut dengan antroposentris. Pandangan antrposentrisme merupakan .....


Baca selengkapnya ...

Jumat, 07 November 2014

Merehabilitasi Hawa, Sang Perempuan, melalui Hermeneutik Resistensi

Merehabilitasi Hawa, Sang Perempuan, melalui Hermeneutik Resistensi

Pada gambar di samping kiri ini, terlihat Hawa di Taman Eden membagi buah pohon pengetahuan bukan kepada Adam yang sedang teler, tetapi kepada perempuan-perempuan lain yang mengantri untuk menerimanya. Bukan hanya Hawa yang ada di taman itu, tetapi juga seorang perempuan lain yang juga memetik buah itu dan membaginya kepada perempuan-perempuan, yang berbaris menunggu giliran. Dalam gambar ini, Hawa dan perempuan lain, adalah para pembebas, para pembawa pencerahan ke dalam dunia.Nah, saya mau merefleksikan tema ini, Hawa sang perempuan pembebas, dalam uraian di bawah ini, demi merehabilitasi diri Hawa yang sudah terlanjur dipandang sebagai sumber dosa asal, pandangan yang celakanya disucikan dan dikekalkan dalam Kitab Suci orang Kristen.Menurut Rasul Paulus, “Hawa diperdayakan oleh ular dengan kelicikannya” (2 Korintus 11:3); jadi, Hawa, bagi Paulus, adalah makhluk bodoh yang kalah lihai dibandingkan seekor ular. Dalam surat 1 Timotius, kita baca:
“Seharusnya perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah dia berdiam diri. Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa” (2:11-14).
Seorang pemimpin gereja dari abad 2, Tertullianus, dengan memakai Kejadian 3 sebagai titik pijaknya, menegur keras kaum perempuan Kristen zamannya, demikian,
“Kalian adalah pintu gerbang masuknya setan ke dalam dunia... kalian adalah Hawa yang membujuk Adam, yang setan tidak berani serang.... Tahukah kalian bahwa setiap orang dari antara kalian adalah seorang Hawa? Hukuman Allah terhadap gender kalian tetap berlaku dalam zaman ini; begitu juga, kesalahan yang dibuat Hawa bagaimanapun juga tetap ada” (Tertullianus, De Cultu Feminarum I, 12).
Tentu kaum feminis modern, dengan menggunakan “hermeneutik resistensi” (“hermeneutics of resistance”; atau juga disebut “hermeneutics of liberative vision and imagination”), akan satu suara menyatakan bahwa teks-teks yang menyudutkan dan merendahkan kaum perempuan yang dikutip di atas bukan firman Allah, tetapi firman manusia laki-laki dalam suatu masyarakat patriarkal yang merendahkan dan menindas kaum perempuan...

Baca selengkapnya...

Senin, 03 November 2014

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN UUD 45
Menurut Prof. Dr. Notonagoro:
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, ...

Baca selengkapnya...

TEOLOGI GENDER

Pengertian dan definisi Gender.
Gender adalah suatu konsep kultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara wanita dan pria baik secara biologis, perilaku, mentalitas, dan sosial budaya. Pria dan wanita secara sexual memang berbeda. Begitu pula secara perilaku dan mentalitas. Namun perannya di masyarakat dapat disejajarkan dengan batasan-batasan tertentu.

Pengertian gender didefinisikan sebagai aturan atau normal perilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu sistem masyarakat. Karena itu gender sering kali di identikan dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda.

Teologi Gender adalah Pandangan atau gambaran mengenai sifat atau karakteristik antara Pria datau Wanita secara Alkitabiah (Pandngan Alkitab)

Pandangan ilmu sosial tentang Gender
Struktur  sosial  masyarakat  yang  membagi-bagi  antara  laki-laki  dan perempuan  seringkali  merugikan  perempuan.  Perempuan  diharapkan  dapat mengurus  dan  mengerjakan  berbagai  pekerjaan  rumah  tangga,  walaupun mereka bekerja di luar rumah tangga, sebaliknya tanggungjawab laki-laki dalam mengurus rumah tangga sangat kecil. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa, tugas-tugas kerumahtanggan dan  pengasuhan  anak  adalah  tugas  perempuan,  walaupun  perempuan  tersebut bekerja.  Ada  batasan  tentang  hal  yang  pantas  dan  tidak  pantas  dilakukan  oleh laki-laki  ataupun  perempuan  dalam  menjalankan  tugas-tugas  rumah  tangga. Perempuan  kurang  dapat  mengembangkan  diri,  karena  adanya  pembagian tugas  tersebut.  Peran  ganda  laki-laki  kurang  dapat  .....

Baca selengkapnya...

Social Media